Materi PPKn Kelas IX Bab 4. Keberagaman Masyarakat Indonesia dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika - Sub Bab C

Bab 4. Keberagaman Masyarakat Indonesia dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Sub Bab C. Permasalahan Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia
 
Satu nusa 
Satu bangsa
Satu bahasa kita
Tanah Air
Pasti jaya
Untuk selama-lamanya
Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan bahasa
Kita bela bersama
 
Lagu di atas menjadi salah satu lagu wajib nasional. Masihkan kita ingat dan pahami lagu tersebut? Sebagai generasi penerus bangsa menjadi hal wajib untuk senantiasa menikmati dan mengayati segala hasil karya mengenai Indonesia. Dari lagu tersebut kita dapat memaknai kandungan yang sangat dalam yaitu walaupun wilayah Indonesia terdiri dari beragam pulau, suku, budaya, bahasa, dll namun tetap satu jua sebagaimana yang terucap dalam slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Satu Nusa, nusa berasal dari bahasa sanskerta yang bermakna pulau. Satu Nusa mengandung makna bahwa meski kita berdiri atas ribuan pulau tetapi kita tetap satu yakni tanah air Indonesia.
Satu Bangsa, mengandung makna bahwa meskipun etnis dan suku berbeda-beda tetapi kita adalah satu yakni Bangsa Indonesia.
Satu Bahasa, mengandung makna bahwa meskipun terdapat ratusan bahasa tetapi bahasa pemersatu kita adalah Bahasa Indonesia.
 
Lagu tersebut ada kaitannya dengan materi kali ini yang membahas tentang keragaman Indonesia. Kali ini kita akan menganalisis permasalahan keberagaman dalam masyarakat Indonesia dalam sebuah perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Diharap setelah mendalami materi ini kita dapat mandiri, menghargai serta menghormati perbedaan dalam keberagaman masyarakat Indonesia, terutama dalam lingkungan sekitar

Permasalahan keberagaman dalam masyarakat Indonesia merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang memiliki berbagai karakteristik yang beragam. Keberagaman memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial, sukubangsa, agama, budaya, adat istiadat, bahasa daerah, pandangan politik dan golongan. Perbedaan ini yang selalu menimbulkan permasalahan yang selalu menimbulkan permasalahan.
 
A. Bentuk Keberagaman Masyarakat Indonesia



Bentuk keberagaman masyarakat terjadi karena kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut dalam hal suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial-budaya, dan ekonomi. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kekayaan dan keindahan wilayah negara Indonesia. Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda.
 
1. Suku Bangsa
Suku adalah adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan yang lainnya.
Contoh suku bangsa Indonesia : Melayu, Jawa, Batak, Betawi, Minangkabau, Bali, Makassar, Bugis, dan Sunda.
2. Adat Istiadat
adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat. Sebagai contoh terdapat adat istiadat untuk melakukan upacara kematian di Bali berbeda dengan di Jawa. Adat perkawinan tiap daerah juga berbeda.
3. Agama
Agama dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah. Agama merupakan satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Agama adalah suatu sistem yang dipadukan mengenai kepercayaan dan praktik suci. Agama adalah pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Agama adalah konsep hubungan dengan Tuhan. Pemerintah menetapkan agama yang secara resmi penduduk di Indonesia adalah Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu.
 


B. Pengaruh Keberagaman Masyarakat Indonesia
Dengan adanya keberagaman masyarakat Indonesia, memberikan dampak positif sebagai berikut
1. Terciptanya integritas nasional
2. Menjadi sarana untuk memajukan pergaulan antar suku ,agama budaya dan golongan
3. Memperkaya budaya bangsa
Dampak negatif yang ditimbulkan dari keberagaman masyarakat Indonesia :
1. Terjadinya konflik dalam masyarakat.
2. Disintergrasi atau disorganisasi, merupakan suatu keadaan yang tidak serasi pada setiap bagian dari suatu kesatuan
3. Primordialisme, yaitu pandangan yang berpegang teguh pada pada hal hal yang dibawa sejak kecil baik mengenai tradisi,adat istiadat ,kepercayaan maupun segala sesuatu yang ada dilingkungan pertamanya
4. Fanatisme yang berlebihan ,yaitu paham yang berpegang teguh secara berlebihan terhadap keyakinan sendiri sehingga menghadap salah terhadap keyakinan yang lain.
 
C. Permasalahan yang mungkin Muncul dalam Keberagaman Masyarakat Indonesia
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beraneka ragam karena terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut, terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman masyarakat kita merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Hal ini juga menjadi daya tarik bangsa lain untuk datang ke Indonesia. Keberagaman ini semakin menarik dengan letak geografis dan keindahan alam Indonesia. Masyarakat yang beragam menandai betapa besarnya bangsa Indonesia. Hal ini merupakan anugerah Tuhan Yang Mahakuasa, yang patut dihargai. Oleh karena itu, kita wajib selalu bersyukur atas anugerah ini dengan selalu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 
Namun, dibalik semua itu, keberagaman masyarakat memiliki potensi timbulnya berbagai masalah dalam masyarakat. Salah satu karakteristik keberagaman adalah adanya perbedaan. Coba kamu perhatikan berbagai perbedaan di lingkungan sekitarmu. Perbedaan tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab masalah, seperti putusnya persahabatan, perkelahian antarkampung, perkelahian antarpelajar, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberagaman masyarakat Indonesia setidaknya dapat menimbulkan sejumlah permasalahan di dalam masyarakat Indonesia sendiri, di antaranya adalah konflik. Apa saja bentuk konflik pada masyarakat Indonesia? Mengapa hal tersebut dapat terjadi di Indonesia? Nah, kedua pertanyaan tersebut dapat kamu ketahui jawabannya dengan mencermati uraian materi berikut ini.
 
1. Bentuk Konflik pada Masyarakat Indonesia
Konflik dalam masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatannya, yaitu konflik ideologi dan konflik politik. Konflik ideologi terjadi karena perbedaan ideologi dalam masyarakat. Contoh konflik ideologi adalah peristiwa G30S/PKI yang merupakan penolakan bangsa Indonesia terhadap ideologi komunis. Adapun konflik politik merupakan pertentangan yang disebabkan perbedaan kepentingan dalam memperoleh kekuasaan atau merumuskan kebijakan pemerintah. Contoh nyata konflik politik antara lain bentrokan akibat proses pemilihan umum, bentrokan menolak kebijakan pemerintah, atau menuntut sesuatu.
 
Berdasarkan jenisnya, terdapat konflik antarsuku, konflik antaragama, konflik antarras, dan konflik antargolongan. Berikut uraian konflik berdasarkan jenisnya:
a. Konflik antarsuku
Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain. Perbedaan suku sering kali menyebabkan perbedaan adat istiadat, budaya, sistem keke-rabatan, dan norma sosial dalam masyarakatnya. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan masalah, bahkan konflik dalam masyarakatnya. 
b. Konflik antaragama
Konflik antaragama yaitu pertentangan antara kelompok yang memiliki keyakinan atau agama berbeda. Konflik ini dapat terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
c. Konflik antarras
Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis, yaitu memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan ras.
d. Konflik antargolongan
Konflik antargolongan yaitu pertentangan antara kelompok atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
 
2. Penyebab Konflik dalam Masyarakat
Konflik dalam masyarakat bukan merupakan proses yang terjadi secara tiba-tiba. Peristiwa ini terjadi melalui proses yang ditandai oleh beberapa gejala dalam masyarakat. Gejala yang menunjukkan adanya konflik sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
b. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
c. Adanya pertentangan normanorma dalam masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
d. Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah.
e. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
f. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan kontorversial, dan pertentangan (konflik).
3. Gejala Konflik dalam Masyarakat
Adapun beberapa gejala dalam masyarakat yang memiliki potensi menjadi penyebab konflik sosial, antara lain sebagai berikut:
a. Gejala menguatnya etnosentrisme kelompok
Etnosentrisme berasal dari kata etnos yang berarti suku sedangkan sentrisme berarti titik pusat. Dengan demikian, etnosentrisme memiliki arti perasaan suatu kelompok di mana kelompoknya merasa dirinya paling baik, paling benar, paling hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan nilai dan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya terdapat dalam kolompok suku, namun juga terdapat dalam kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola, dan sebagainya. Perkelahian pelajar terkadang disebabkan oleh sikap kelompoknya merasa lebih baik, lebih kuat, dari kelompok pelajar lain.
b. Stereotip terhadap suatu kelompok
Stereotip terhadap suatu kelompok yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Misalnya, anggapan bahwa suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Stereotip ini dapat terjadi terhadap kelompok agama, suku, ras, maupun golongan, seperti geng sepeda motor, kelompok remaja tertentu, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya. Stereotip mengakibatkan sikap prasangka terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.
c. Hubungan antarpenganut agama yang kurang harmonis
Sikap fanatik yang berlebihan terhadap keyakinan masing-masing, dapat menimbulkan sikap tidak toleran terhadap agama lain. Berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing adalah keharusan. Namun, kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain. Keberagaman agama dapat menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu persoalan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut dapat berkembang menjadi konflik apabila tidak mengembangkan sikap saling menghormati agama dan keyakinan orang lain.
d. Hubungan antara penduduk asli dan penduduk pendatang kurang harmonis
Ketidakharmonisan dapat terjadi dengan diawali rasa ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, ketersinggungan, keterbatasan komunikasi, dan sebagainya. Konflik yang terjadi dalam masyarakat sering kali disebabkan oleh banyak faktor sehingga konflik yang terjadi bersifat kompleks atau rumit. Sebagai contoh, pertentangan pelajar di sekolah dapat disebabkan karena letak sekolah, persoalan pribadi antar siswa, kejenuhan di sekolah, pengaruh orang di luar sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu, menyelesaikan masalah pertentangan pelajar tidak dapat hanya dengan satu cara misalkan memindahkan sekolah. Namun, perlu secara bersama-sama diselesaikan dengan mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya konflik tersebut.

Selamat Belajar ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANDEMI BELUM KELAR, MASYARAKAT MULAI ACUH

Materi PPKn Kelas VIII Bab 4. Kebangkitan Nasional 1908 Dalam Perjuangan Kemerdekaan - Sub Bab C

Materi PPKn Kelas VII Bab 4. Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika - Sub Bab B